Mengejar Kebenaran


Amsal 21:21, Amsal 23:23
 Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan (Amsal 21:21). Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian (Amsal 23:23).
Kebenaran sangat penting dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Berikut ini ada 3 ungkapan logika signifikansi kebenaran:
1.       Segala sesuatu harus diselesaikan dengan kebenaran.
2.       Keadilan dan kasih tidak akan terwujud selama kebenaran dilupakan dari kehidupan ini.
3.       Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selam-lamanya. (Yesaya 32:17).
Apakah kebenaran itu?
Menurut KBBI- Suatu keadaan sesuai dengan keadaan yang ada. Sesuatu yang sungguh-sungguh. Kebenaran hati.
Menurut bahasa Ibrani kebenaran “Sedekha dan Emet” artinya kebajikan, kebenaran, keadilan, kesalehan, kejujuran, ketulusan, kesucian dan kemurnian. bahasa Yunani “dikaiosune”, bahasa latin “Iustitia”, bahasa Inggris “rightousnes”, bahasa Spanyol “justisia”, bahasa Prancis “justin”, bahasa Arab “birra”.
Apakah signifikansi kebenaran itu?
Kitab Amsal berbicara “belilah kebenaran…” artinya kebenaran itu sangat penting bagai kehidupan kita.
Mengapa demikian?
1.       Kebenaran identik dengan kehidupan (Amsal 12:28). Orang yang mau menerima hidup harus hidup dalam kebenaran.
2.       Kebenaran akan membebaskan kita dari hukuman Tuhan meluputkan kita dari kebinasaan (Amsal 10:2,11:4).
3.       Orang yang mengutamakan kebenaran segala keperluannya akan dipenuhi Tuhan (Matius 6:33). Orang yang mendahulukan kebenaran akan diberkati hidupnya.
Bagaimana dengan kita maukah kita membeli kebenaran? Secara manusia kita tidak bisa melakukannya. Namun dengan pimpinan dan kekuatan dari Roh Kudus kita dapat hidup di dalam kebenaran. Jalan orang fasik adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi siapa mengejar kebenaran, dikasihi-Nya (Amsal 15:9).


Disarikan dari kotbah  Pdt. Sadrakh Tuanger, M.Th, D.Th ©
Minggu 13 Oktober 2013

©      Disarikan dari kotbah  Pdt. Sadrakh Tuanger, M.Th, D.Th

Komentar