Berbicara mengenai leadership itu
bukan perkara yang mudah dan sederhana. Mayoritas orang memiliki perspektif bahwa
menjadi seorang leader itu hanya berbicara mengenai peran/kedudukan/otoritas
tanpa memahami esensi leadership yang sesungguhnya (membangun pribadi-pribadi
yang dipimpinnya). Selain itu mayoritas orang menyepelekan peran pimpinan entah
itu pejabat negara, rohaniawan, bahkan kepala keluarga. Bahkan seringkali orang
menghina dan mencaci maki seorang leader. Satu hal yang perlu kita tahu adalah
bahwa seorang leader adalah wakil Tuhan di bumi.
John Maxwell seorang tokoh
kepemimpinan dalam bukunya mengungkapkan sebuah pertanyaan yang berbunyi
demikian: “Jika anda adalah seorang pemimpin, maka anda sedang membangun hidup
orang lain melalui peran anda, ataukah anda sedang membangun impian anda dengan
memanfaatkan orang lain untuk mencapainya???” Pertanyaan ini mengingatkan
kepada seorang leader bagaimana esensi (calling & responsibility)
leadership yang sesungguhnya.
Kesalahan yang paling fatal
adalah kebanyakan lembaga/institusi tidak mempersiapkan leader pada masa yang
akan datang. Hal yang demikian terjadi karena berbagai alasan dan latar
belakang. Bagaimana pun juga peran dan kehadiran seorang leader sangat penting
bagi sebuah organisasi/institusi. Kalau sebuah lembaga/institusi berdiri tanpa
leader tidak akan berdiri kokoh. Bahkan bisa terancam bubar.
Leadership dalam perspektif
Kristiani mengacu pada manusia (Kejadian 1:28). Dalam terjemahan bahasa Inggris dalam ayat ini
ada beberapa kata penting: “fruitful, multiplication and empower” artinya
“berbuah lebat, menjadi banyak dan memberdayakan atau memberi kuasa.” Jadi ayat
ini tidak hanya sekedar berbicara mengenai kawin-mengawin saja, tetapi lebih
mengarah kepada influence (dampak). Dalam Perjanjian Baru (surat Matius) Tuhan
berfirman: “kamu adalah terang dan garam dunia”. Artinya adalah orang Kristen
harus menjadi dampak bagi sekelilingnya. Peter Drucker seorang tokoh managemen
praktis mengungkapkan sebuah statement: “Pemimpin yang hebat adalah pemimpin
yang bisa membuat anak buahnya menjadi lebih hebat dari pada dirinya. Contoh
realnya adalah Anne Sullivan seorang teacher yang bisa membimbing Hellen Keller
seorang yang buta, tuli & bisu menjadi seorang pengacara yang hebat. Intinya
“a leader isn’t trouble maker but history makers.
Leadership berdasarkan perspektif
alkitab dapat dilihat dari teladan Tuhan Yesus dalam membangun hidup orang
lain, antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Membangun
Karakter (Yohanes 4:4-30).
Tuhan Yesus berani berkorban waktu, tenaga dan
mempertaruhkan statusnya untuk seorang perempuan yang memiliki citra negatif
dan ditolak di lingkungan masyarakatnya. Akhirnya citra dan kehidupan perempuan
Samaria ini berubah menjadi lebih baik.
2.
Membangun
Kehidupan (Lukas 5:1-11).
Penjala ikan menjadi penjala manusia. Hal ini
masuk ke dalam kategori cange the world. Murid-murid yang Ia panggil berasal
dari berbagai latar belakang yang berbeda bahkan para murid tersebut bahkan
tidak di kenal di lingkungannya. Tetapi apa yang Tuhan Yesus lakukan kepada
mereka membuahkan hasil yang luar biasa. Orang-orang yang terbelakang dan tidak
banyak dikenal orang dapat menjadi orang-orang yang dapat melakukan karya-karya
yang besar dan menjadi rasul-rasul yang luar biasa.
3.
Membangun
sudut pandang (Lukas 19:1-10).
Zakheus seseorang yang memiliki tubuh tidak
proporsional (pendek) seringkali diejek orang. Ia mengalami penolakan di
lingkungannya. Mulai dari situ Zhakeus ingin mengalami perubahan dalam
hidupnya, ia selalu berusaha agar menjadi lebih baik salah satu jalan yang ia
tempuh adalah menjadi pemungut cukai. Ternyata hal ini tidak membuatnya
diterima di masyarakat. Hal yang terjadi malas sebaliknya, ia semakin di benci
oleh masyarakat. Tuhan Yesus datang
kepada Zhakeus dan menginap di rumahnya. Dalam adat Yahudi waktu itu jika
seseorang mau menginap di rumah seseorang. Orang tersebut menganggap orang yang
ditumpangi rumahnya tersebut sebagai sahabat. Tuhan Yesus mengasihi Zhakeus.
Tuhan mengajarkan kepada kita agar kita mengasihi orang yang terluka dan
mengalami penolakan. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa berharganya seseorang bukan
karena harta yang dimilikinya tetapi karena dikasihi Allah. Akhirnya sudut
pandang Zhakeus akan dirinya pun pulih.
4.
Membangun
iman (Yohanes 5:6-9).
Pertemuan Tuhan Yesus dengan orang yang lumpuh di tepi kolam
betesda. Tuhan Yesus mengajarkan bahwa: “Mujizat tidak ditentukan oleh keadaan
melainkan oleh perkataan, kehendak dan hadirat Allah. Seorang leader seharusnya
melihat lebih daripada realita.
Siapa pun
orang yang Tuhan percayakan kepada anda bimbinglah dengan baik. Mari lah
menjadi seorang leader yang mencetak leader-leader baru yang berkualitas
unggul.
Salam Edukasi....
Diambil dari materi seminar
kepemimpinan Ibu. Lyna Raharjo pada acara seminar Kepemimpinan yang
diselenggarakan oleh Muda Dewasa GBI Keluarga Allah.
Komentar