Be a Professional Teacher

Menjadi seorang guru adalah sebuah pilihan yang baik dan mulia. Tetapi syarat dan ketentuan berlaku. Apa syarat dan ketentuannya??? Ini dia "sungguh-sungguh dan menjiwai profesi ini".
Lho kog begitu??? Sebelum kita ngomong panjang x lebar x luas. Kita merenung dulu ya! tapi jangan kelamaan, entar malah nggak balik-balik lagi. Jika anda menjadi seorang guru apa yang akan anda lakukan untuk peserta didik, institusi, lingkungan, bangsa, negara dan Tuhan????
Nggak enak banget yah? ngomongnya ke mana-mana. Eits.

Sebelum kita ngomong tentang benefit kita harus tahu dulu dong apa kontribusi kita dan kenapa kita layak mendapat benefit. Secara dalam rumus hukum alam "versi saya". Benefit (salary, jabatan, kehormatan bahkan suka cita dan umur panjang) akan mengikuti dengan sendirinya. Dengan catatan kita kerja semaksimal mungkin, ikhlas dan tetap istiqomah di jalan Tuhan. Sebelumnya mohon maaf ya bapak/ibu/sdra/i yang mungkin nyasar atau memang bersedia mampir ke blog saya dan baca tulisan ini. Bukan saya menggurui atau menghakimi, tetapi saya akan share pengalaman hidup saya. Semoga bermanfaat untuk memotivasi dan meningkatkan wawasan maupun kualitas kinerja kita di dunia pendidikan.

Ada 1 hal yang akan saya bagikan kepada para pembaca,yaitu:

Tanggung Jawab Guru.

Tanggung jawab seorang guru cukup berat. Mungkin ada yang bilang "kalo guru itu kerjanya ceramah di kelas, tidak kepanasan dan kehujanan, cepat pulang, gaji dan tunjangan sertifikasinya besar". Kalau kita lihat hal itu ada benarnya juga, tapi kalau kita mau tahu dan benar-benar menyadari tanggung jawa guru kita akan mikir 2, 3 kali untuk menjadi guru. Cekidot yuk kita intip tanggung jawab guru. Tanggung jawab guru adalah "MENCERDASKAN BANGSA" Artinya nasib bangsa ada di pundak guru. Lha kog bisa??? Guru itu mendidik dan mencerdaskan anak bangsa (anak-anak muda) red. Peserta didik yang studi di sekolah (dari PG-TK, SD, SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi) rata-rata anak muda yang sedang mempersiapkan diri untuk meraih cita-cita dan menyongsong masa depan untuk meneruskan pembangunan dalam rangka mengisi kemerdekaan di negeri ini.  Dalam kepercayaan saya anak muda itu diibaratkan seperti anak panah di tangan para pahlawan. Artinya masa depan generasi muda sekarang ini ada di tangan kita (rekan-rekan guru se tanah air). Mau jadi apa mereka 5 atau sepuluh tahun ke depan tergantung bagaimana cara kita mendidika mereka. Dan Tuhan juga berfirman "Barang siapa menyesatkan salah satu dari anak-anak ini, lebih baik jika batu kilangan diikatkan ke lehernya dan ditenggelamkan ke laut" Maksudnya jika ada seseorang yang menyesatkan salah satu dari anak-anak lebih baik jika ia di bunuh saja. Ngeri kan???

Setiap anak yang dipercayakan kepada kita untuk di didik dan diajar itu adalah titipan dari orang tua dan suatu kehormatan dan anugerah dari Tuhan bagi kita. Anak, keluarga, lingkungan, dan bangsa memiliki harapan yang besar atas pekerjaan kita. Tentu Tuhan juga akan menuntut pertanggungjawaban kita atas anak tersebut. Siapkah kita menatap dan menghadapi mereka 5 sampai 10 tahun kelak??? plus menghadapi pengadilan Tuhan??? nah lo....
Ini bukan nakut-nakuti tapi ini fakta.

Bayangkan apa yang akan terjadi jika kita salah mendidik siswa kita pada waktu 5 sampai 10 tahun ke depan? Anak berharap agar dirinya berhasil, orangtua berharap agar anaknya berhasil dan dapat menolong mereka di waktu orang tua sudah lanjut usia, lingkungan dan masyarakat berharap agar anak tersebut menjadi pribadi dewasa, mandiri dan berdampak positif, Tuhan juga rindu anak tersebut menjadi pribadi yang beriman, bertaqwa dan memuliakan-Nya.

Jika kita salah didik (menyesatkan siswa) red. Siswa tersebut akan kesulitan menolong dirinya sendiri, apalagi menolong orang tuanya? Jika anak tersebut tidak mandiri dan ia menikah tentu akan menyusahkan isterinya, bahkan anak-anaknya. Apa lagi jika siswa tersebut jadi pengangguran atau gelandangan apa lagi kalau jadi bandar narkoba tau koruptor tentu akan meresahkan masyarakat dan mendukakan hati Tuhan. Kalau saja ada satu siswa yang gagal paling tidak akan ada 100 korban (orang tua, isteri, anak, lingkungan, bangsa). Itu jika satu anak, jika ada 200 anak yang tersesat berapa banyak korban????

Sekarang ini sebagian besar berada di sekolah (dalam masa pendidikan) red. Barangkali ada, 10, 50, 100, 300, atau 500 yang saya dan bapak/ibu/sdr/i didik. Mereka datang ke sekolah untuk belajar. Mereka datang dari latar belakang, budaya, suku, agama, keadaan yang berbeda-beda. Iya, nggak???
Broken home, himpitan ekonomi, kutukan, caci maki, hinaan, kurangnya perhatian orang tua, kemiskinan, sakit penyakit membuat mereka sakit, terluka, hancur, bahkan diambang maut.

Sebagian besar mereka datang dengan keadaan yang seperti itu mereka datang kepada kita. Tahukah anda akan hal itu???? atau tidak mau tahu????
Bagaimana sikap kita kepada mereka???? care atau cuek bebek dan tidak terlintas sedikit pun di benak anda.

Sangat jarang guru yang peduli dengan keadaan mereka, alih-alih peduli. Yang ada pada sibuk mikirin perut sendiri. Bayangkan jika ada anak-anak dengan keadaan seperti diatas datang dengan penuh semangat dan membawa sejuta harapan. Tentu melihat mereka saja kita tidak tega. Akan tetapi berapa banyak dari mereka yang datang ke sekolah dan mereka di sekolah hanya buang-buang waktu dan mungkin menambah  penderitaan saja.

Banyak kejadian anak-anak datang ke sekolah sampai di sekolah hanya di suruh ngerjakan LKS, dengar ceramah, atau bermain-main saja karena gurunya tidak hadir. Ada oknum-oknum yang mengaku sebagai guru yang tidak bertanggung jawab. Jam sekolah pergi shoping ke pasar, ngobrol sambil ngopi di kantor atau di kantin, jualan di kantor, mungkin juga gosip.

Belum lagi kalau anak-anak sedang down, stress, frustasi, atau lagi galau??? otomatis mereka tidak konsentrasi, dan prestasinya menurun bahkan berbuat yang aneh-aneh. Kadang-kadang menghadapi anak-anak seperti ini guru menyebut mereka nakal, bodoh, IQ jongkok, dsb. Kemudian sebagian besar dari para pendidik mulai menunjukkan rasa tidak senangnya kepada mereka (mudah-mudahan bukan saya dan bpk/ibu,sdr/i). Secara tidak di sadari kutukan, caci maki, umpatan dan pelecehan meluncur dari orang-orang yang mengaku guru tersebut (guru tidak bertanggung jawab) red.

Tahukah anda jika hal seperti itu hanya akan menambah kesedihan, menghancurkan, membunuh karakter dan membawa anak-anak tersebut ke lembah kebinasaan???? Berapa banyak anak yang gagal? berapa banyak anak yang bunuh diri karena kejadian tersebut? berapa banyak sarjana yang menjadi pengangguran? Itu semua dosa dan salah siapa?

Mari kita merenung sejenak!!!
Sebagian anak-anak datang kepada kita dengan keadaan yang begitu rapuh dan hancur. Mereka butuh kehangatan, kasih sayang, motivasi dan ketulusan kita. Jika kita menghadapi anak-anak yang belum bermasalah, janganlah kita menghakimi mereka. Carilah dahulu persoalannya, rangkul anak tesebut, berikan mereka solusi, jika tidak bisa membantu dengan tenaga, uang, atau apa pun minimal doakan mereka.

Anak-anak butuh pemulihan, motivasi, dukungan. Mereka ingin di mengerti, di pahami, di kasihi, di percaya dan di hargai. Mari kita yakinkan bahwa mereka tampan, cantik, unik, spesial, dan berharga. mereka tidak bodoh, hanya belum bisa. mereka luar biasa.


Anak-anak bukan robot dan tempat sampah. Jika anda mengajar jangan paksa siswa untuk menghafal isi buku. Jangan ceramah seperti burung beo, marah-marah, ngomel dsb. Metode itu tidak relevan untuk mendidik.
Ceramah sepanjang waktu bagaikan menumpuk dan menimbun anak dengan sampah. Kalau tidak percaya bisa diperaktekan sendiri. Coba ceramah selama dua jam di kelas bisa di pastikan siswa anda tidak konsentrasi (tidur, ngobrol, garuk-garuk kepala, keluar masuk kelas, menggambar, akases internet, dll). Hasilnya NOL......

Dengan begitu mungkin waktu mereka ujian tertulis bisa.... Tapiiiiiiiiiiiiiiiiii setelah lulus apakah mereka mahir???? belum tentu.  Di tes melenceng sedikit saja dari buku sudah bingung????
apakah seperti ini generasi penerus bangsa kita.

Ajar anak-anak dengan memahami konsep dengan baik dan benar. Itu lebih baik dan efektif, hasilnya juga lebih memuaskan. Bahkan mereka akan bisa lebih mandiri, kritis, kreatif, dan inovatif.
Fasilitasi siswa untuk mengekplorasi pengalamannya dan merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari, hargai pendapatnya, akui prestasinya, dukung mereka untuk maju.

Maka dari itu, jika hari ini kita sudah  mengambil keputusan menjadi guru kasihi, dukung, pulihkan, motivasi, ajar dan arahkan anak-anak ke gerbang keberhasilan agar kelak mereka menjadi penerus bangsa yang mandiri, santun, cerdas, berjiwa sosial dan memuliakan nama Tuhan.

Nah, itu tadi tanggung jawab. Bagimana? masih minat jadi guru??? mudah-madahan masih, Okey.
Benefitnya adalah uang (tapi nggak seberapa, kalo jadi PNS atau sertifikasi lumayan), sukacita, perkenanan Tuhan atas hidup kita.
Kalau bagi saya secara pribadi hal yang paling membanggakan adalah ketika saya melihat merid-murid saya berhasil dan lebih sukses dari saya, dikasihi dan dihormati siswa-siswa, dan mulia dihadapan Tuhan dan sesama. Kalau uang nggak seberapa, kalau mau kaya ya jangan jadi guru! salah alamat hehehehehe. Jadi entrepreneur lebih menjanjikan secara finansial....

Salam edukasi.....

Komentar