Dalam
menjalani kehidupan sehari-hari sebagai seorang guru ada banyak hal yang saya
alami. Suka duka, dan pahit manisnya menjadi seorang guru saya alami. Mengajar
di pedalaman, pedesaan dan perkotaan saya alami. Mengajar siswa dari PG-TK, SD,
SMP, SMA/K pun juga saya alami. Banyak
cerita yang saya alami bersama rekan-rekan seperjuangan (sesama guru) dan
peserta didik. Berdoa, makan, renang, dan ngobrol kami lewati bersama-sama.
Melihat
anak-anak berdatangan di pagi hari dengan wajah lugu dan penuh harapan.
Menyaksikan mereka belajar, bermain dan bertengkar. Melihat anak-anak
berhamburan keluar kelas dan meninggalkan kompleks sekolah merupakan
pemandangan yang saya alami setiap hari.
Mendengar
celotehan anak-anak pada saat mengajar di dalam kelas pada awalnya membuat saya
jengkel dan marah. Tanpa saya sadari ternyata celotehan anak-anak tersebut
mewarnai ritme kehidupan saya. Ketika liburan sekolah, sekolah menjadi sepi dan
tidak ada celotehan, canda tawa, tangis dan teriakan anak-anak. Hal itu tanpa
saya sadari menjadi bagian yang sangat berharga dalam hidup saya. Ketika
anak-anak libur sekolah saya merasakan ada sesuatu yang hilang.
Liburan
sekolah merupakan moment yang dinantikan oleh seluruh civitas akademika,
setelah melalui aktivitas yang begitu melelahkan setiap orang ingin refreshing.
Liburan hari pertama, kedua dan ketiga bagi saya masih menyenangkan. Begitu
memasuki hari keempat biasanya saya mulai galau merindukan anak-anak dan
rekan-rekan guru. Ketika masuk sekolah kembali saya sangat senang. Menyaksikan
wajah-wajah yang ceria dan penuh semangat. Pada hari pertama masuk sekolah
biasanya saya awali dengan ritual share pengalaman liburan. Banyak cerita yang
saya dengar ada yang senang, sedih, kecewa dan lain sebagainya. Seluruh civitas
akademika belajar bersama dengan proses yang berbeda-beda. Tanpa disadari
proses pembelajaran yang kami alami membentuk kami menjadi pribadi-pribadi yang
bertumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek (kognitif, psikomotorik, afektif
dan spiritual).
Dalam
kehidupan ini ada yang namanya pertemuan dan perpisahan. Pertemuan merupakan
hal yang sangat menyenangkan bagi saya. Sebaliknya perpisahan merupakan hal
yang paling menyedihkan. Pada tahun ajaran baru biasanya kami menerima
murid-murid baru yang belajar di sekolah kami. Tentu saya merasa senang bisa
bertemu dan mengenal murid-murid dan parent. Kadang-kadang juga ada guru dan
staf baru yang bergabung di sekolah kami. Hal ini juga tidak kalah penting
dibandingkan kehadiran murid-murid baru. Di sepanjang waktu yang kami alami,
tanpa kami sadari dan kami inginkan, kami diperhadapkan yang namanya
perpisahan. Ooooooh…… mengalami hal yang satu ini membuat kami bersedih dan
menitikkan air mata, tentu bukan air mata buaya….
Sekali pun
demikian kami menyadari kalau hal itu merupakan sebuah proses dan kami
menyimpan suatu harapan yang besar diantara kami, baik kepada murid-murid,
guru, staf, orang tua siswa dan diri saya sendiri. Ketika kami berpisah saya
selalu berharap agar mereka yang meninggalkan kami mengalami peningkatan
kualitas hidup dan mendapatkan berkah yang lebih luar biasa dari pada di
sekolah kami. Perpisahan ini biasa terjadi karena banyak faktor, seperti:
murid-murid telah lulus, guru dan staf pindah ke luar kota, bahkan saya sendiri
yang pindah keluar kota. Pertemuan dan perpisahan yang kami alami membuahkan
kerinduan yang mendalam diantara kami, sehingga kami merasa bahwa kami adalah
keluarga. Di mana pun kami berada dan bagaimana pun keadaan kami, kami tidak
pernah melupakan satu sama lain. Justru kami berharap agar suatu saat kami
bersua kembali.
Hal yang
paling membahagiakan bagi saya adalah ketika saya menyaksikan para murid dan
rekan-rekan seperjuangan (guru dan staf) saya berhasil dan sukses. Saya pikir hal ini lebih menyenangkan dari
pada saya menerima segepok uang atau beberapa emas batangan. Sebagai seorang
guru saya memiliki ekspektasi yang besar terhadap murid-murid dan rekan-rekan
seperjuangan saya. Kebahagiaan saya terletak pada penggenapan ekspektasi saya
tersebut.
Sekali pun
salary saya kecil, hidup saya di pedesaan dan hidup dalam kesederhanaan saya
merasa bangga dan terhormat menjadi seorang guru karena itu adalah panggilan
hidup saya. Melihat semua orang bertumbuh dan berkembang serta mengalami
peningkatan kualitas hidup adalah
kerinduan saya. Sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan saya hanya bias berharap dan berbuat semampu
saya. Kiranya hidup saya berdampak dan memberikan kontribusi positif kepada
orang-rang yang saya jumpai dan berada di sekeliling saya.
Kehidupan
adalah sebuah proses pembelajaran yang mengubahkan kita dalam segala aspek dan
meningkatkan kualitas hidup kita.
Metamorfosis pembelajaran, bersama-sama bertumbuh dan berkembang menjadi
manusia yang madiri, terampil dan berbudi luhur.
“Menyaksikan
keberhasilan murid-murid merupakan kebahagiaan, kehormatan dan kemuliaan bagi
saya sebagai seorang guru”
Salam
edukasi
Komentar